OPINI 11 Maret 2021
Amanudin, S.Pd, MM
Dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Pamulang
Mungkin TUHAN mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
-Ebiet G. Ade
Opini– Penggalan syair yang dilantunkan oleh sang maestro Ebiet G. Ade, benarkah memang TUHAN sudah bosan melihat polah dan tingkah manusia yang semakin jauh dari tuntunan-Nya, benarkan memang para makhluk bumi yang namanya manusia semakin bangga dengan perbuatan dosa, atau mungkin benarkah alam tempat berpijak sudah mulai muak dengan arogansi manusia.
Munculnya wabah Covid 19, yang pandemiknya hampir merata di seluruh dunia, konon berasal dari pasar hewan di Wuhan (walaupun belum jelas, saat ini sedang diteliti oleh para ahli dari WHO), mungkinkah ini cara Tuhan mengurangi populasi penduduk bumi karena sudah semakin padatnya ataukah memang Tuhan murka atas segalanya yang telah melampaui batas? Semua menjadi teka teki yang tersembunyi. Kita sebagai manusia makhluk yang tidak punya daya upaya kecuali atas pertolongannya hanya bisa menerka, yang pada akhirnya akan muncul bermacam kesimpulan individu maupun kelompok bahwa Covid-19 ini memang benar ada. Sebagai bukti banyaknya korban yang terpapar, terkapar bahkan meninggal dunia karananya. Covid 19 ini merupakan konspirasi politik Negara tertentu untuk menimbulkan teror. Covid 19 ini merupakan human error yang mengakibatkan kebocoran sebuah laboratorium dan lain-lain. Semua kesimpulan awam diatas tidak bisa disalahkan, memang kenyataannya informasi yang benar-benar valid belum didapatkan. Terlepas dari kenyataan diatas, kita sebagai makhluk bumi yang namanya manusia memang penuh keterbatasan, hanya iman yang tertanam di setiap jiwa manusia atas pemberian Yang Kuasa ini yang mampu mengendalikan, untuk itu kita tidak boleh Su’udzon (berprasangka jelek kepada Tuhan), namun harus berprasangka baik kepada Tuhan (Husnudzon) atas setiap kejadian apapun di muka bumi ini, Allah SWT pasti mempunyai maksud dan tujuan. “Allah SWT mengetahui apa yang akan terjadi, dan dampak dari kejadian baik di darat, laut dan udara serta seluruh alam semesta”. Dengan kata lain setiap kejadian mengandung Hikmah. Di balik semua praduga dan kenyataan akibat pandemi ini, ada sebuah hikmah yaitu dampak positif, negatif, kreatif dan inovatif dalam dunia ilmu pengetahuan, pendidikan dan kehidupan. Penulis jabarkan satu persatu walau kurang sempurna:
Dampak Positif terhadap alam sebagai lingkungan hidup
Dapat kita rasakan selama masa PSBB sampai PPKM yang diberlakukan oleh pemerintah dalam rangka memutus penyebaran covid-19, udara terasa segar, bernafas menjadi terasa lancar seakan paru-paru menjadi lega. Mungkin ini efek dari berhentinya atau berkurangnya mesin industri, mobilisasi mesin-mesin kendaraan umum maupun pribadi, yang notabene mesin-mesin tersebut adalah penghasil polusi tertinggi, dengan adanya program pemerintah tersebut sekaligus membuat kurangnya lepasan aerosol ke udara. (Rizaldi Boeris Director of the Centre for Climate Risk and Opportunity Management in Southeast Asia and Pacific (CCROM-SEAP). Selain itu bebijakan pemerintah yang mewajibkan PSBB sampai PPKM dimana masyarakatnya harus banyak beraktivitas di dalam rumah untuk sementara waktu sungguh memberikan dampak positif bagi lingkungan, terlihat menurunnya jumlah kendaraan bermotor di jalan raya sehingga berpotensi mengurangi polusi udara, dengan semakin sedikitnya gas karbon yang dikeluarkan sebagai hasil emisi kendaraan bermotor akan berdampak baik pada pengurangan pemanasan global, karena karbon adalah penyumbang terbesar pemanasan bumi.
Dampak Positif terhadap lingkungan keluarga
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Khairukum khairukum li ahlih/orang yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik dalam berkeluarga.” (HR. At Tirmidzi). Kita ketahui bahwa jika bicara rumah akan terbangun dalam pemikiran adalah keluarga. Bukan hanya sekedar wujud bangunan yang berdiri. Kalau selama ini sebelum adanya pandemi virus corona atau covid-19, kita semua disibukkan dengan aktivitas dan kewajiban bekerja baik di kantor, perusahaan, berniaga dan lain sebagainya. Sehingga harus pergi pagi pulang petang bahkan malam (P4M) dari rumah ke tempat aktivitas. Dengan adanya peraturan pemerintan dengan segala kebijakannya, kita harus bekerja dari rumah, tidak melakukan perjalanan ke tempat lain sebagaimana waktu normal. Mungkin inilah hikmah kedua dampak positif yaitu dapat berkumpul dengan keluarga di rumah lebih banyak, yang selama ini kita adalah P4M. Sebagai seorang suami akan lebih banyak waktu untuk bercengkerama dengan istri, sebagai ayah akan lebih banyak waktu bercanda dengan anak, dan sebagai manusia yang hidup di tengah masyarakat akan lebih banyak waktu bersilaturahmi dengan tetangga. Tentunya harus menerapkan protokol kesehatan agar tidak terjadi cluster baru. Apapun kondisinya, keluarga adalah tempat dimana kita menghabiskan hampir sebagian besar waktu kita hidup di dunia ini, dan itulah yang paling berharga dari semuanya. Berikut saya urai tiga akhlak utama (komunikatif, apresiatif, selektif) yang harus kita diperhatikan untuk membangun “Baiti Jannati (Rumahku Surgaku)”. Namun akan saya uraikan satu saja, yaitu komunikatif, aktiflah berkomunikasi dengan Allah dimana seperti do’a kita saat bangun tidur sebagai muslim (Wahai Allah, terima kasih, Engkau masih berkenan memberi saya tambahan hidup, setelah tidur semalam. Saya akan berhati-hati dalam hidup, sebab saya pasti suatu saat kembali kepada-Mu), kemudian kepada orang tua (baik yang masih ada, maupun yang telah meninggal dengan selalu mendo’akan), mertua, pasangan, dan putra-putri kita (bagi yang sudah berkeluarga), dengan ucapan atau berikan ciuman kasih untuk pasangan dan anak kita, disertai doa dan ungkapan cinta misalnya “I love you, barakallahu fik semoga berkah Allah terus tercurah untukmu.” Semua itu pahala besar dan akhlak mulia bagi yang memahami. Senyum orang tua adalah senyum Allah untuk kita dan modal untuk kesuksesan kita. Hal sederhana ini memang berat untuk dibiasakan, namun ingat untuk jangka waktu yang panjang, inilah tindakan yang paling ampuh untuk menyelamatkan kehidupan berumah tangga.
Dampak Positif terhadap pola hidup sehat
Denganadanya pandemi covid-19 ini kita sebagaimanusia diingatkan kembali akan pentingnya hidup sehat. Dalam ajaran Islam disebutkan “Kebersihan adalah sebagian dari Iman”, dalam kalimat bijak dikatakan “Mencegah adalah lebih baik daripada mengobati”. Hal yang kita lakukan baik terhadap diri, keluarga adalah mencegah dari terkena penyakit, yaitu menjaga kebersihan dan pola hidup sehat, juga termasuk di dalamnya adalah pola makan sehat (Empat Sehat Lima Sempurna). Juga menjaga lingkungan sehat dengan tidak membuang sampah sebarangan, perbuatan baik diatas sudah sedari dulu diajarkan baik oleh agama, lingkungan, namun kembali kepada kita sebagai masyarakat sadar atau tidak dampak dari itu semua akan kembali kepada kita. Pandemi ini sekaligus mengajarkan kepada kita akan pentingnya kebersihan dan hikmah yang ada di dalamnya salah satunya diwajibkan selalu mencuci tangan di air yang mengalir pakai sabun, menurut beberapa ahli bahwa cuci tangan pakai sabun di air yang mengalir adalah langkah efektif dan preventif dalam membunuh virus Corona penyebab penyakit Covid-19.
Dampak Kreatif, Inovatif Negatif
Sebagai warga masyarakat yang merasakan dampak pandemi covid-19 ini yang kita ketahui semakin hari menjadi krisis besar dunia, menjadi preseden sebagian manusia di era modern. Kita dipaksa harus melihat dan merencanakan tata kelola kehidupan, keluarga, lingkungan sosial dan, dunia pendidikan yang sebenarnya (normal), manusia terpaksa harus berhenti dari rutinitas hidup wajar untuk memaknai hakikat hidup di tengah pandemi ini. Sebagai bangsa Indonesia punya tantangan besar di dalam menangani pandemi ini, diantaranya dua aspek yang sangat dirasakan yaitu ekonomi dan pendidikan. Saya jabarkan aspek pendidikan yang sangat dirasakan khususnya oleh masyarakat yang berkecimpung di dalamnya. Dengan adanya kewajiban PSBB sampai penerapan Protokol Kesehatan menjadi kita harus melakukan social distancing, physical distancing guna meminimalisir penyebaran covid-19, melalui kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tersebut anak-anak kita atau masyarakat pembelajar harus belajar dari rumah, mengajar dari rumah atau dengan istilah daring/online menggunakan fasilitas teknologi yang telah tersedia. Suka atau tidak suka hal tersebut harus dilakukan demi keberlangsungan pembelajaran, dan salah satu upaya nilai positif dalam rangka memutus rantai penyebaran covid-19.
Proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi yang diterapkan mempunyai tantangan tersendiri sekaligus mempunyai peluang (SWOT) bagi masyarakat pembelajar. Bagi mereka yang memahami dan menguasai teknologi akan banyak dapat menggali ilmu pengetahuan serta menghasilkan karya-karya baru yang inovatif, sebaliknya bagi mereka yang tidak memahami akan menjadi beban yang sangat berat, kita ketahui tidak semua siswa, mahasiswa, guru, dosen memahami dan menguasai teknologi yang terkait dengan Komputer dan Internet (pendidik generasi 80an) karena saat mereka dilahirkan mungkin belum ada teknologi itu. Bagi para siswa atau mahasiswa yang lahir saat ini dan teknologi sudah berkembang, agak sulit memilikinya karena dampak pandemik berimbas terhadap ekonomi. Ditambah dengan kondisi lingkungan pendidikan yang masih banyak belum terfasilatisi teknologi guna menunjang proses pembelajaran. Dampak lain bahwa pembelajaran online harus terhubung dengan yang namanya internet, tidak cukup di sini saja jaringan seluler yang tidak stabil bahkan belum merata, kita ketahui masyarakat pendidikan kita tidak di kota saja, tetapi di desa, bahkan pulau-pulau terpencil di wilayah NKRI. Selanjutnya munculah masalah baru yaitu cost (biaya) untuk dapat menggunakan akses teknologi. Ya, kuota harus dibeli. Okelah kuota internet bisa dibeli, namun sebuah kesenjangan muncul yaitu dukungan provider seluler yang belum merata sehingga sebuah media pernah meliput siswa sekolah mencari sinyal harus naik ke atas bukit, atau lari di tengah persawahan, berbeda dengan masyarakat pendidikan di daerah perkotaan tentunya. Kondisi seperti ini akan berdampak ke semua dunia pembelajaran sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan, akan menjadi kesempatan bagi mereka yang menguasai teknologi untuk meningkatkan kreativitas dan membuat inovasi, akan menjadi sarana pembelajaran bagi mereka yang ingin maju jika belum memahami teknologi yang ada, juga akan menjadi sarana pemaksaan bagi orang tua untuk belajar yang namanya handphone, internet dan perangkat lainnya. Tentunya semua itu kita harus sadar bahwa ada hikmah dibalik semua kejadian dan musibah. Dan kita harus bersyukur bahwa pemerintah dalam kondisi seperti ini juga memperhatikan masyarakat pembelajar dengan membagi kuota agar proses pembelajaran tetap bisa berjalan. Sebenarnya banyak sekali sisi lain pelajaran positif yang dapat kita petik dari pandemi covid-19, misal terdongkraknya dunia farmasi, dunia ekspedisi dan lainnya. Terakhir penulis sampaikan dalam opini ini, bahwa semua ini adalah cara Tuhan dalam menjalankan roda kehidupan di dunia, semoga kita bisa semakin baik menjalani kehidupan di akhir zaman ini. Aamiin.