Depok– tangseldaily.com. Indonesia adalah negara maritim yang memiliki 17.162 pulau, membentang dari Sabang sampai Marauke. Pada masa lalu, Kerajaan di Nusantara seperti Majapahit dan Sriwijaya menjadi kekuatan maritim dunia yang tangguh. Gugusan pulau di Nusantara bisa disatukan karena memiliki gagasan Bahari. Laut adalah penghubung antar pulau, bukan pemisah. Namun saat ini laut di Indonesia seakan terbengkalai dan tidak dimanfaatkan dengan baik potensinya, tutur Joe Marbun peneliti dari Nusantara Centre.
“Pendidikan kita telah kosong dari implementasi mental bahari, yang ada adalah penuntasan atas muatan mata pelajaran”, ujar Laksda (Purn) Bonar Simangunsong sebagai pembicara dalam diskusi mingguan yang dihelat oleh Nusantara Centre. Saat ini, anak didik dibebani mata pelajaran yang banyak dengan durasi yang panjang, namun apa yang substansial sebagai bangsa Indonesia absen diajarkan. Acara yang bertajuk “Mengapa Kurikulum Mental tidak hadir dalam Pendidikan Kita” dipandu oleh Bustanul Iman, seorang akademisi dan pemerhati intelijen.
Saat ini Indonesia terlalu berfokus ke darat. Apa yang dibangun dan diprioritaskan adalah wilayah daratan dan melupakan bahwa negara ini dibentuk oleh lautan yang luas. Darat dan Laut sama penting, namun ketika salah satu mendominasi, ini yang bermasalah. Bangsa ini telah kehilangan gagasan atas laut dan mental bahari. Laut adalah kekuatan, laut adalah lanskap alam yang mampu menempa jiwa dan mental bangsa Indonesia untuk berani menjelajah, menerjang badai, pemberani, tangguh, dan berwawasan luas, ungkap Prof Yudhie Haryono, Ph.D. selaku Direktur Nusantara Centre.
Dalam diskusi yang diselenggarakan secara daring pada tanggal 20 Maret 2021 ini, Wiwit Kurniawan menuturkan “saat ini naskah akademik yang kita miliki tentang laut masih sangat sedikit, laut belum menjadi kajian ilmiah yang penting bagi kita”. Jika laut bagi kita dianggap pembatas, menyeramkan, dan dihuni bangsa lelembut, maka Indonesia berada di tengah-tengah masalah. Namun, jika laut adalah kekuatan, maka Indonesia tidak akan kekurangan modal untuk maju dan menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.
Bangsa ini telah melupakan mental bahari, kita meninggalkan laut kita. Laut telah memberikan hal banyak bagi kita yang didarat, namun kita tidak menyadarinya. Sebagian besar oksigen di atmosfir, 70 %, dihasilkan dari hewan kecil fitoplanton yang berada di laut. Laut adalah nafas kita, namun kita memilih memeluk beton dan memuja aspal. WK