OPINI 22 APRIL 2021
Penulis: Umi Salamah
Mahasiswi Teknik Informatika Universitas Pamulang

Opini- Dalam perkembangan zaman sekarang ini teknologi computer terus berkembang begitu pesat baik dari segi perangkat lunak maupun perangkat kerasnya karena ditunjang dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Dalam perkembangannya, komputer difungsikan sebagai alat pengolah data dan penghasil informasi bahkan turut berperan dalam hal pengambilan keputusan.
Banyak para ahli computer yang terus berlomba membuat dan menciptakan sebuah teknologi baru yang memiliki kemampuan seperti manusia atau yang lebih dikenal dengan kecerdasan buatan dalam istilah lain disebut Artificial Inteligence yang telah banyak kita jumpai diberbagai bidang tidak terkecuali dalam bidang kesehatan. Artificial Inteligence sendiri merupakan simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang diprogram untuk berpikir seperti manusia dan meniru tindakannya.
Untuk itu ada sebuah aplikasi baru yang memanfaatkan kecerdasan buatan dalam pembuatannya, yaitu Aplikasi STETHO SOUL. Aplikasi ini merupakan sebuah aplikasi deteksi dini terhadap psikosis melelui fitur speech-to-text. Penggunaan aplikasi sangatlah mudah, tinggal download aplikasinya, login, mulai test, dan menjawab pertanyaan yang ada dilayar. Aplikasi kemudian akan mengolah jawaban menjadi data yang dapat di diagnosis oleh dokter.
Seperti yang telah kita tahu, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka terkena psikosis karena ganguan persepsi yang mereka alami. Kondisi seperti ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Padahal kondisi tesebut bisa diatasi lebih baik jika dideteksi lebih dini. Psikosis adalah suatu kondisi dimana seseorang kehilangan kontak dengan kenyataan. Gejala awal yang timbul yaitu halusinasi, delusi, bicara inkoherensi, dan perilaku yang kacau. Semakin dini kita mendeteksi kelainan atau gangguan tersebut maka semakin baik pemulihan gangguan tersebut.
Deteksi dini pada gangguan berbicara dan bahasa ini harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam penanganan seorang anak. Mulai dari orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan, dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Secara umum seorang anak dikatakan keterlambatan berbicara atau gangguan berbicara bila perkembangan bicara anak tersebut secara signifikan dibawah nilai normal untuk anak seusianya.
Kondisi kelahiran setiap anak pasti berbeda dan bersifat unik antara satu dengan yang lain. Ada yang terlahir sempurna, ada pula sebagian yang terlahir dengan keterbatasan baik dari segi fisik maupun mental. Anak dengan kelainan-kelainan seperti scpeech delay, tunanetra, anak berkesulitan belajar, tunarungu, dan lainnya memiliki perkembangan dan kemampuan berkomunikasi yang terhambat. Oleh karena itu, aktivitas komunikasi yang terjalin antara penderita kelainan-kelainan (khususnya anak speech delay) dengan lawan bicaranya akan berjalan dengan kurang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi anak terlambat berbicara terdiri atas: kecerdasan, penggunaan bahasa kedua, gaya bicara/model yang ditiru, kesehatan, dan hubungan keluarga. Sebaiknya orang tua mengikuti tahapan tumbuh kembang anak sehingga dapat lebih dini mendeteksi gejala anak terlambat berbicara serta guru memiliki strategi yang tepat dalam mengatasi anak yang terlambat berbicara. Keterlambatan bicara merupakan salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah.
Terlambatnya kemampuan berbicara anak dapat menyebabkan anak kesulitan dalam menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Keterlambatan berbicara cenderung membuat anak sulit dalam mengekspresikan keinginan atau perasaan pada orang lain seperti, tidak mampu dalam berbicara secara jelas, dan kurangnya penguasaan kosa-kata yang membuat anak tersebut berbeda dengan anak lain sesusianya. Seperti hal nya kalimat berikut yang merupakan salah satu bentuk dari gangguan berbicara,