Opini
Penulis: Amanudin, S.Pd, MM.
Dosen Universitas Pamulang
Kehidupan ini dapat di ibaratkan sebagai sebuah BUKU, dimana cover depan adalah TANGGAL KELAHIRAN dan cover belakang adalah TANGGAL KEMATIAN. Lembar demi lembar adalah catatan perjalanan hidup yang kita lalui, ketebalan buku berbeda-beda itu yang menggambarkan tentang usia kita, ada yang pendek ada pula yang panjang. Buku ada yang menarik untuk dibaca, ada pula yang tidak menarik, menggambarkan bahwa dalam kehidupan ini ada hal yang membuat orang tertarik karena penampilannya, ucapannya, kompetensinya, skillnya dan kelebihan lainnya. Mumpung masih ada lembaran dalam buku itu, torehkan tinta emas pada lembaran itu agar orang lain tertarik hingga torehan itu menjadi rujukan dan panutan, yang pada hakekatnya menjadi sebuah kebanggaan, amal jariyah bagi sang penulis, yang akan membawa keselamatan dalam menjalani kehidupan di dunia hingga akherat. Agar tulisan itu bermutu maka ilmu pengetahuan menjadi hal yang sangat penting dan pengetahuan hanya bisa didapat dari suatu proses yang disebut pendidikan. Imam Al-Ghazali sampaikan, bahwa amalan tanpa ilmu sebuah kerugian yang nyata, bahkan sesat. Ditegaskan lagi oleh Imam al-Ghazali “al-ilmu bi-laa ‘amalin junuunun, wal-‘amalu bi-laa ‘ilmin lam yakun.” (Ilmu tanpa amal adalah gila, dan amal tanpa ilmu tidak ada nilainya). Jadi manfaat ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia sangatlah penting; Pertama, ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan membimbimg manusia kepada jalan yang benar; Kedua, orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang yang mulia beserta orang-orang yang beriman (Qs. Al-Mujadalah: 11). Dengan sebuah kesimpulan bahwa, ingin menuju jalan terang dengan ilmu, ingin berubah menuju kebenaran dengan ilmu, ingin merubah peradaban dengan ilmu, ingin ibadah dan amaliah agar baik dan benar dengan ilmu, dan Ilmu didapat dari sebuah proses pendidikan formal maupun nonformal sejak usia dini. Begitulah pentingnya pendidikan (sekolah) bagi seorang manusia.
Mengutip sebuah teori pemerolehan pengetahuan yang dipopulerkan oleh John Locke (Filsuf Inggris) yang berjudul “Some Thoughts Concerning Education” (Beberapa pemikiran tentang pendidikan, 1692). Pendidikan sangat menentukan orientasi tindakan seorang individu. Seorang akan dapat mengarahkan tindakannya pada hal yang bijaksana dan mendatangkan kebahagiaan, atau ia juga akan dapat mengorientasikan tindakannya pada hal yang mendatangkan penderitaan. Orientasi tindakan itu sangat ditentukan oleh pola pendidikan yang diberikan kepada seorang individu ketika masih kanak-kanak. Perbedaan dalam soal sopan santun menurut John Locke adalah cerminan perbedaan dalam pendidikan. Oleh karena itu, John Locke menganjurkan pentingnya pembentukan pikiran anak. Pembentukan pikiran ini selalu akan mempengaruhi kehidupan mereka setelahnya. Locke sampaikan bahwa semua tafsiran pada umumnya menyimpulkan bahwa tidak yakin dengan kemampuaan bawaan pada manusia. Locke memandang kondisi seorang anak sebagai “KERTAS PUTIH/TABULA RASA”. Dalam konteks tabula rasa itu, Locke menekankan pentingnya fungsi pendidikan bagi pembentukan karakter seorang individu, dan mengabaikan kemampuan bawaannya. Sebagai contoh tafsiran terhadap karya Locke tentang kondisi seorang anak sebagai tabula rasa dapat kita lihat dalam tulisan Androne (2013), Androne, (2013) menjelaskan bahwa Locke menolak doktrin tentang keberadaan ide-ide bawaan. Seorang individu, pada saat ia lahir pikirannya, seperti kertas putih “tabula rasa”, “nihil est in intellectu quod non prius fuerit in sensu”. Tidak ada sesuatu apapun dalam pikiran seorang individu. Lebih tegasnya, tidak ada pikiran apapun dalam diri seorang individu pada saat ia lahir. Pikiran yang ada pada seorang individu, dalam perkembangannya merupakan produk dari pengalaman selama ia hidup. Sampai di sini,
Locke ingin menggarisbawahi fakta bahwa seluruh pengetahuan kita berasal dari pengalaman melalui sensasi dan refleksi. Oleh karena itu seorang anak tidak memiliki ide pada saat ia lahir, maka pendidikan memiliki peran penting. Pendidikan dapat membentuk kepribadian seorang anak, mengubah model perilakunya dan melatihnya untuk menghadapi kehidupan yang nyata. Anak harus diberi pendidikan moral agar ia dapat berbuat baik dan menghindari kejahatan. Dalam proses pendidikan sebagai upaya pembentukan kara ter seorang anak pendidik harus membangun profil moral anak dari awal, membuatnya beradaptasi dengan tuntutan kehidupan sosial. John Locke percaya, Tabula Rasa akan memberi ruang bagi sistem pengetahuan dunia melalui pendidikan, dan Locke sangat percaya pada kekuatan pendidikan, mengklaim, “Sembilan puluh persen orang yang kita temui, orang-orang ini baik atau buruk, berguna atau tidak efektif, berasal dari pendidikan keduanya” Oleh karena itu, ” pendidikan anak menjadi tugas dan hak orang tua, dan kedamaian bangsa sangat bergantung pada pendidikan.