KETERIKATAN ILMU FILSAFAT DENGAN ILMU KIMIA DALAM INVESTIGASI KASUS PEMBUNUHAN

OPINI

09-05-2024

Oleh: Nattha Dharma Chuadra

Universitas Budi Luhur

body marking on the pavement of the crime scene
Photo by cottonbro studio on Pexels.com

Pada zaman sekarang, tidak jarang kita melihat atau mendengar berita di media sosial tentang kasus-kasus kriminal yang terjadi. Salah satu berita kriminal yang sering kita lihat adalah kasus pembunuhan. Seperti yang kita ketahui, pembunuhan adalah tindakan yang melawan hukum, norma-norma sosial, dan merugikan nyawa orang lain. Bila terjadi kasus pembunuhan, tentunya kewajiban bagi aparat penegak hukum adalah menuntaskan kasus tersebut hingga menemukan kebenaran atau fakta-fakta yang ada dalam peristiwa pembunuhan yang terjadi. Ilmu filsafat dan ilmu kimia, dua disiplin ilmu yang tidak terhubung ini ternyata bisa bersinergi untuk menerangi jalan menuju penyelesaian kasus.

Filsafat, dengan pertanyaan mendasarnya tentang realitas, pengetahuan, dan moralitas, membantu para penyelidik memahami motif di balik pembunuhan dan menentukan arah penyelidikan. Pertanyaan filosofis tentang sifat manusia, etika, dan moralitas membantu para penyelidik untuk memahami mengapa seseorang melakukan pembunuhan. Dengan memahami motif, para penyelidik dapat memprediksi tindakan pelaku selanjutnya dan menemukan bukti yang relevan. Arah penyelidikan dapat dibantu oleh kehadiran filsafat sebagai ilmu karena dapat menghindari bias dan fokus pada bukti yang paling relevan. Tidak hanya itu, filsafat dapat membantu para penyelidik menafsirkan bukti secara kritis dan objektif. Dengan mempertimbangkan berbagai perspektif dan kemungkinan, para penyelidik dapat menghindari kesimpulan yang terburu-buru dan memastikan kesimpulan didasarkan pada bukti yang kuat.

Penerapan ilmu filsafat dalam investigasi dapat kita contohkan pada kasus yang bermotif balas dendam. Para penyelidik menggunakan filsafat untuk memahami kemungkinan motif balas dendam pada pelaku, seperti dendam pribadi, perselisihan keluarga, atau rasa iri. Hipotesis ini kemudian akan diarahkan untuk mencari bukti seperti riwayat perselisihan antara korban dan pelaku, ancaman yang pernah diucapkan, atau saksi yang melihat interaksi mereka. Kemudian, pada kasus pembunuhan dengan motif keuntungan, para penyelidik menggunakan filsafat untuk memahami kemungkinan motif keuntungan, seperti perampokan, warisan, atau asuransi jiwa. Hipotesis ini kemudian diarahkan untuk mencari bukti seperti jejak kaki di TKP, sidik jari pada benda berharga korban, atau riwayat keuangan pelaku.

Selanjutnya, kegunaan ilmu kimia tak kalah penting untuk proses investigasi kasus pembunuhan. Ilmu kimia, dengan berbagai teknik analisis dan metodenya, hadir seperti detektif tak kasat mata, membantu para penegak hukum mengungkap bukti-bukti penting di balik kasus pembunuhan. Ilmu kimia digunakan untuk menganalisis berbagai macam bukti fisik dalam kasus pembunuhan, seperti sidik jari, darah, DNA, residu bahan kimia, dan jejak senjata. Analisis ini membantu para penyelidik mengidentifikasi pelaku, menentukan waktu dan tempat kejadian, dan menghubungkan berbagai bukti. Kehadirannya dalam rekonstruksi kejadian memainkan peran sebagai untuk menentukan bagaimana pembunuhan dilakukan, apa yang terjadi pada korban, dan jenis senjata (alat bukti) yang digunakan.

Penerapan ilmu kimia dalam investigasi dapat kita contohkan pada kasus pembunuhan dengan senjata api. Ilmu kimia dapat menganalisis residu bahan peledak pada tubuh korban dan di TKP untuk menentukan jenis senjata api yang digunakan, jarak tembakan, dan kemungkinan posisi pelaku saat menembak. Misalnya lagi pada kasus pembunuhan dengan racun. Mendengar kata racun saja

tentu sangat berkaitan erat dengan dunia kimia. Ilmu kimia dapat diterapkan pada pembunuhan dengan racun guna untuk menganalisis sampel darah, muntah, dan organ korban untuk memeriksa letak racuk, jenis racun dan kemungkinan sumber racun. Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang ilmu filsafat dan ilmu kimia, ternyata bisa kita dapatkan bahwa adanya potensi keterikatan atau sinergitas yang ditemukan pada dua ilmu yang berbeda ini. Untuk lebih jelasnya, kita akan menggunakan kasus yang benar-benar terjadi di Indonesia, yaitu kasus kopi sianida. Diketahui dari investigasi kasus ini adalah korban yang bernama Mirna dibunuh dengan menggunakan racun sianida yang dimana pelaku bernama Jessica sebagai sahabatnya sendiri.

Ditinjau dalam konteks filsafat, kasus ini menuntut analisis filosofis yang mendalam. Dalam kasus ini, motif Jessica menjadi pertanyaan sentral. Apakah Jessica didorong oleh dendam, rasa iri, atau keinginan untuk mendapatkan keuntungan ? Apapun motifnya, pertanyaan tentang moralitas tindakannya tidak dapat dihindari. Dalam konteks filsafat moral, tindakan ini tergolong tidak bermoral. Namun, pertanyaan tentang tanggung jawab moral Jessica menjadi lebih kompleks. Apakah Jessica sepenuhnya sadar dan bertanggung jawab atas tindakannya ? Apakah ada faktor-faktor eksternal yang memengaruhi keputusannya ? Investigasi kasus ini pun tidak luput dari pertanyaan etis. Apakah penggunaan informasi yang diperoleh secara ilegal dibenarkan ? Bagaimana menyeimbangkan hak privasi Jessica dengan kebutuhan untuk mengungkap kebenaran ?

Ditinjau dalam ilmu kimia, analisis kimia kopi yang dikonsumsi Mirna berhasil mengidentifikasi keberadaan sianida sebagai penyebab kematiannya. Para ahli kimia menggunakan berbagai teknik analisis, seperti spektroskopi massa dan kromatografi gas, untuk menentukan jenis sianida yang digunakan, jumlah sianida dalam kopi, dan kemungkinan sumber sianida. Investigasi kemudian berfokus pada penelusuran sumber sianida yang digunakan Jessica. Para ahli kimia menganalisis berbagai sampel, seperti makanan dan minuman yang dikonsumsi Jessica dan peralatan makan yang digunakannya, untuk mencari jejak sianida. Sangat penting untuk diketahui bahwa sianida merupakan racun yang sangat berbahaya yang dapat menyebabkan kematian dalam hitungan menit. Analisis kimia kopi Mirna membantu menentukan dosis sianida yang dikonsumsi, yang cukup untuk menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

Kasus ini menunjukkan bahwa bagaimana ilmu filsafat dan ilmu kimia berkeja sama dalam investigasi kasus pembunuhan yang kompleks. Penggunaan ilmu filsafat dan ilmu kimia dalam investigasi kasus pembunuhan di Indonesia dapat membawa pengaruh terhadap perkembangan kriminologi. Pengaruhnya bisa berupa peningkatan keakuratan investigasi (tingkat analisis yang mendalam, dan bukti ilmiah yang kuat), pemahaman yang lebih baik tentang kejahatan (motif dan perilaku, dan dinamika kriminal), perkembangan metode investigasi baru (teknologi forensik), serta peningkatan eksistensi kriminologi (kemampuan ilmiah, dan kontribusi pada keadilan). Di masa depan, peran filsafat dan kimia dalam kriminologi akan semakin berkembang. Perkembangan teknologi dan metode analisis baru akan membuka peluang baru untuk mengungkap kasus pembunuhan dengan lebih akurat dan efisien. Filsafat dan kimia, dua disiplin ilmu yang tidak terhubung, bersatu dalam misi mulia untuk mengungkap kebenaran dan menegakkan hukum.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Keterkaitan Filsafat, Etika, dan Estetika dalam Konteks Kriminologi di Indonesia: Refleksi dan Tantangan

Kam Mei 9 , 2024
OPINI 09-05-2024 Oleh: Radhityo Yuga Panji Satrio Ragil Anindita Universitas Budi Luhur Keterkaitan filsafat, etika, dan estetika dengan kriminologi di Indonesia adalah topik yang menarik untuk dijelajahi. Mari kita mulai dengan memilih salah satu dari tiga tema tersebut. Saya pikir akan menarik untuk menjelajahi keterkaitannya dengan etika dalam konteks kriminologi […]
black wooden gavel

You May Like