OPINI
09-05-2024
Oleh: Gizca May Hannaco
Universitas Budi Luhur
Nabi Muhammad SAW merupakan suri tauladan bagi seluruh umat muslim, beliau merupakan manusia pilihan Allah SWT untuk menyempurnakan ajaran yang sebelumnya telah disampaikan oleh nabi-nabi dan rasul terdahulu. Nabi Muhammad lahir pada 12 Rabi’ul Awwal, sejak kecil Nabi Muhammad SAW mengalami berbagai macam cobaan yang luar biasa namun beliau menyikapinya dengan selalu ber-husnudzon kepada Allah SWT. Husnudzon artinya berbaik sangka kepada Allah SWT, percaya bawasannya akan ada hal baik yang akan datang setelah cobaan datang ataupun percaya bahwa ada suatu rencana indah yang sedang Allah SWT rancang agar tidak terjerumus ke hal yang lebih buruk.
Di kisahkan pada zaman dahulu, ada seorang ibu dari kaum anshor menghadap Nabi Muhammad SAW untuk mempersembahkan sepuluh putranya untuk diajak berjihad dijalan Allah SWT. Kesepuluh anak dari ibu tersebut mengikuti perang bersama dengan Nabi Muhammad SAW namun Sembilan anak mati syahid di medan perang. Alhasil hanya ada satu anak yang hidup, ibu tersebut bukannya sedih tetapi malah bahagia mendengar kabar kesembilan anaknya gugur di medan perang. Hal ini karena ibu percaya bahwa kesembilan anaknya akan menerima surge karena mati syahid. Kini hanya tersisa satu anak, sayangnya anak tersebut menyia-nyiakan hidupnya dengan jauh dari Allah SWT dan melakukan banyak dosa.
Suatu hari anak tersebut mengalami penyakit yang parah, sang ibu sedih dan menangis melihat anaknya yang terbuai lemas. Si anak bertanya kepada ibunya mengapa ia menangisi si putra yang penuh dosa itu, sedangkan saat semua saudaranya meninggal ia tidak menangis. Ibu tersebut menjawab, karena dia telah melakukan banyak dosa itulah yang membuat sang ibu menangis. Tepat sebelum sang anak menghembuskan nafas terakhir ia bertanya kepada sang ibu, bukankah ibunya tau bahwa sang pencipta lebih menyayangi dari pada yang melahirkannya. Mendengar kabar ini Nabi Muhammad SAW berkata kepada ibu tersebut jika sang anak telah diampuni oleh Allah SWT karena telah berbaik sangka. Karena inilah Nabi Muhammad senantiasa mengingatkan umat manusia untuk terus ber-husnudzon kepada Allah SWT. Perintah untuk ber- husnudzon kepada Allah SWT tertuang dalam Al-Qur’an surah Al Hujurat ayat 12.
Husnudzon Nabi Muhammad kepada Allah tercermin dalam keyakinan beliau akan rahmat dan pengampunan Allah SWT. Beliau meyakini bahwa Allah adalah Maha Pengampun yang selalu memberikan kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri kepada hamba-Nya selain itu
tercermin juga dalam tawakalnya yang kuat kepada Allah. Beliau meyakini bahwa Allah adalah pemelihara sejati yang senantiasa menjaga dan melindungi hamba-Nya yang bertawakal dengan tulus dan ikhlas.
.Ber-husnudzon kepada Allah SWT terbagi menjadi empat bentuk yaitu husnudzon dalam ketaatan, husnudzon dalam nikmat, husnudzon dalam menghadapi ujian,husnudzon dalam melihat ciptaan Allah SWT. Empat hal tersebut perlu kita terapkan didalam keseharian kita agar tetap tersambung dalam rahmat Allah SWT, karena pada dasarnya manusia tidak tau ketetapan apa yang Allah berikan agar hidup diberikan keberkahan. Dengan ber-husnudzon yang baik kepada Allah SWT, umat Muslim diharapkan dapat menjalani kehidupan dengan penuh keyakinan, ketenangan, dan ketulusan dalam beribadah serta menghadapi segala cobaan dan ujian hidup.
Membiasakan diri dengan berbaik sangka dapat menghindarkan diri dari penyakit hati yaitu dendam, benci dan iri. Di era digital ini, banyak sekali hal yang membuat stress dan tertekan seperti ekspetasi yang berlebihan kepada diri untuk tetap bisa survive di zaman yang serba mesin. Namun, jika kita melihat dari sudut pandang lain hal ini mendorong kita untuk selalu belajar karena saat ini inovasi terus berjalan dengan cepat. Ini merupakan salah satu contoh apabila kita ber- husnudzon pasti ada hikamh dibalik itu semua.
Selain husnudzon ada juga empat sifat baik yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW yang perlu kita aplikasikan di zaman ini. Sifat tersebut yaitu sidiq, amanah dan fathanah. Sidiq artinya jujur dan berkata benar, setiap perkataan yang keluar dari Nabi Muhammad SAW dapat dipastikan kebenarannya karena beliau menyampaikan wahyu yang bersumber langsung dari Allah SWT. Jika Nabi Muhammad SAW berdusta maka tidak mungkin beliau mendapatkan kepercayaan dari khalayak ramai dalam menyampaikan wahyunya. Hal ini wajib di terapkan di segala zaman, apabila kita membohongi orang dan kemudian orang tersebut percaya maka perkataan kita akan dipertanggung jawabkan di akhirat nanti, selain itu apabila perkataan tersebut terbongkar di lain hari perkataan yang keluar akan dipertanyakan kebenarannya dan orang lain tidak akan mudah percaya.
Amanah artinya dapat dipercaya, terdapat satu kisah Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan sifat ini. Pada zaman dahulu Nabi Muhammad SAW sering dipercaya untuk menjaga barang titipan atau barang berharga milik siapapun yang menitipkan kepadanya termasuk orang-orang kafir. Orang karif yang ada di mekah sepakat untuk membunuh Nabi Muhammad SAW, namun ketika mereka memiliki harta yang berharga pasti akan menitipkan kepada beliau karena mereka tidak memiliki tempat yang dapat mereka percaya untuk menitipkan hartanya. Pada umumnya jika menitipkan barang berharga tentu menitipkannya ke orang yang terdekat bukan musuh tentunya. Namun mereka sangat pernyaca kepada Nabi Muhammad SAW, tidak ada ketakutan bahwa hartanya akan dibawa lari oleh beliau. Karena mereka tau betul bahwa Nabi Muhammad tidak akan menghianati mereka. Inilah kemuliaan Nabi Muhammad SAW, dapat dipercaya hingga oleh musuh beliau sekalipun. Ketika Nabi Muhammad meneengar orang-orang kafir tersebut berniat membunuh beliau, Nabi Muhammad langsung berhijrah pergi dari Kota Mekah. Namun disaat itu juga beliau memerintah Ali bin Abi Thalib untuk mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya yaitu orang-orang kafir itu tadi.
Fathanah yaitu pandai atau cerdas, karena untuk dapat survive di dunia kita perlu cerdas sadangkan untuk mencapai surge kita juga perlu cerdas dengan cara mengingat kematian dan mempersiapkan “bekal” yang cukup agar timbangan amal baik menjadi berat. Sifat fathanah yang dimiliki Nabi Muhammad SAW bertujuan untuk menyampaikan wahyu secara tepat kepada
umatnya. Di zaman sekarang kecerdasan diperlukan dalam menghadapi berbagai macam masalah di segala aspek. Sebagai muslim yang baik ita perlu memiliki sifat fathanah saat memberikan nasehat yang baik agar saat menyampaikannya tidak menyinggung perasaan orang.
Husnudzon, sidiq, amanah dan fathanah merupakan sifat yang dimiki Nabi Muhammad SAW yang masih relevan dari zaman dulu sampai zaman sekarang. Hal baik seharusnya kita terapkan dan membuang hal yang buruk agar kita tetap bisa menjadi muslim yang baik. Hidup dengan penuh keberkahan merupakan impian setiap muslim didnuia ini, dengan menerapkan sifat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW maka insyaallah Allah SWT akan memberikan keberkahan dihidup kita. Tidak hanya akan diberi keberkahan namun juga diberikan kemudahan saat menjalani hidup.