HUBUNGAN FILSAFAT DALAM KRIMINOLOGI

OPINI

11-05-2024

Oleh: Adilia Harika Putri

Universitas Budi Luhur

close up photography of person in handcuffs
Photo by Kindel Media on Pexels.com

     Filsafat dan kriminologi memiliki kemiripan yaitu sistematis atau terstruktur. Ibaratnya dalam suatu hal yang dibicarakan harus terstruktur dari mulai (awal) sampai selesai (akhir). Sama seperti suatu kasus yang sedang diselidiki, harus dicari tahu akar permasalahannya hingga cara menyelesaikannya.

     Filsafat selalu membicarakan mengenai apa saja yang ada di sekitar kita. Mengingat sebagai manusia yang tidak pernah puas selalu mencari tahu, mengapa sesuatu itu bisa begini sedangkan sesuatu yang lain begitu. Sama seperti kriminologi, yang akan selalu mencari kebenaran dalam kasus yang terjadi. Lebih lanjutnya mengenai hubungan Filsafat dan kriminologi. Filsafat terbagi menjadi 3 bidang, yaitu Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi.

     Ontologi, selalu membicarakan mengenai sesuatu yang bersifat hakikat, kebenaran, dan kenyataan. Hubungannya dengan kriminologi adalah sama-sama mempertanyakan mengenai suatu kebenaran tersebut. Seperti, apakah suatu kejadian itu benar terjadi?, dimana tempat kejadiannya?, kapan waktunya kejadiannya?, apa barang buktinya?, siapa korban dan siapa pelakunya?, hingga bagaimana kita dapat menyelesaikan permasalahan ini.

     Epistimologi adalah upaya memastikan hakikat dan batasan pengetahuan manusia. Hubungannya dengan kriminologi adalah memastikan dengan baik dan benar hal-hal yang berhubungan dengan suatu kasus yang tengah ditangani. Bahkan jika bisa diperlukan juga cek ulang.

     Aksiologi akan berbicara mengenai teori dan nilai atau manfaat. Ibarat pepatah ada hikmah dibalik suatu peristiwa atau masalah, mungkin bisa diartikan juga selalu ada pelajaran yang dapat diambil dari kasus yang telah diselesaikan. Terlepas dari apakah dalam kasus tersebut memakan korban jiwa atau tidak, atau siapa yang bersalah dalam kasus tersebut, tidak peduli apakah dia melakukan itu seorang diri atau bersama-sama atau atas perintah seorang yang memiliki kuasa. Tidak peduli juga apakah dia orang biasa atau anak seorang pemerintah. Semua kesalahan yang pernah si pelaku lakukan sedikit banyaknya akan membuka mata orang-orang. Dan itulah yang bisa dikatakan sebagai nilai atau manfaat yang bisa diambil dalam bidang kriminologi.      Filsafat sangatlah luas bahkan mungkin tidak akan pernah habis dibicarakan, apalagi mengingat manusia yang selalu punya pemikirannya masing-masing. Begitupun saya yang berpikir bahwa filsafat dan kriminologi memang memiliki kemiripan terutama dalam hal sistematis. Ontologi yang akan membuat kita mempertanyakan hal-hal yang nyata dan benar dalam suatu kasus. Epistimologi dimana kita sangat yakin bahwa apa saja yang berhubungan dengan kasus tersebut adalah benar adanya. Dan, Aksiologi akhir dari semua yang telah terjadi, memberikan kita pemikiran baru dan juga nilai mengenai arti-arti yang mungkin tidak pernah k

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN (KRIMINOLOGI) DI INDONESIA

Sab Mei 11 , 2024
OPINI 11/05/2024 Margareth Sheilla Jesica Sesa Kriminologi berasal dari bahasa Latin crimen dan logos. Climen artinya kejahatan dan logos artinya pengetahuan. Oleh karena itu, dalam arti sebenarnya, kriminologi adalah ilmu  tentang kejahatan, atau lebih tepatnya kriminologi mempelajari semua aspek  kejahatan. Sedangkan, Filsafat, Filsafat, Filsafat (dari kata Yunani yang berarti “cinta […]
a figurine of lady justice

You May Like