OPINI
10/05/2024
Syahad Anugrah
Nabi Muhammad SAW merupakan seorang nabi sekaligus rasul utusan Allah SWT. Wahyu pertama diturunkan di Goaa Hiro, tepatnya diumur Rasulullah yang ke 45 tahun. Allah SWT mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama kepada nabi Muhammad SAW berupa Surah Al-Alaq ayat 1-5. Jauh sebelum datangnya wahyu pertama Rasulullah merupakan seorang anak yang lahir pada senin 12 Rabiul awal tahun gajah. Nabi Muhammad lahir ketika pasukan gajah yang dipimpin oleh Raja Abrahah berusaha untuk menghancurkan Ka’bah. Nabi Muhammad lahir sebagai seorang anak yatim, ibunya meninggal saat Rasulullah SAW menginjak usia 6 tahun. Kemudian ia diurus oleh kakeknya Abdul Muthalib dan ibu susu Halimah Sadiah. Setelah kakeknya meninggal Rasulullah diurus oleh pamannya yaitu Abu Thalib. Rasulullah tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas, baik hati dan suka menolong. Nabi Muhammad tumbuh sebagai seorang pedagang yang masyhur, Rasulullah terlibat dalam dua bisnis di mana dalam bisnis dagang tersebut ia berdagang dengan seorang wanita kaya bernama Khadijah yang kemudian menjadi istrinya. Perjalanan Cinta Rasulullah dan Khadijah menjadi cerita yang istimewa karena Khadijah yang pertama kali melamar Rasulullah ketika Rasulullah berusia 25 tahun. Di dalam banyak kisah Rasulullah selalu dilindungi oleh Allah SWT dari sifat-sifat tercela dan keberkahan selalu tercurah kepadanya.
Wajar jika Rasulullah dianggap sebagai suri tauladan bagi seluruh umat di muka bumi ini. Sebab Rasulullah memiliki banyak sifat baik yang patut untuk kita terapkan di dalam kehidupan, khususnya bagi para remaja. Ada satu sifat rasulullah yang saat ini mulai pudar yaitu sifat lemah lembut. Sifat lemah lembut ini sudah jarang kita temui di dalam kehidupan khususnya di antara sesama umat Islam. Banyak sesama umat Islam yang saling mengkafir-kafirkan hanya karena berbeda pandangan. Padahal Rasulullah telah mengajarkan untuk saling mengasihi dan menyayangi kepada sesama Mukmin, baik ia umat Islam yang taat maupun mereka yang sering berbuat dosa dan maksiat. Dijelaskan dalam sebuah kisah di mana Rasulullah SAW menyuapi seseorang pengemis Yahudi yang tinggal di sudut kota Madinah. Setiap hari Ia datang untuk menyuapi pengemis tersebut dengan sabar dan penuh kasih sayang. Seorang pengemis Yahudi ini merupakan orang yang sangat membenci ajaran Rasulullah bahkan ia pernah berkata kepada Rasulullah, untuk tidak mengikuti ajaran yang dibawa oleh Muhammad. Kita sebagai umat muslim pasti tidak terima dengan perkataan yang disampaikan oleh pengemis tersebut, di sinilah Rasulullah menunjukkan betapa mulianya sifat Rasulullah di mana ia tetap sabar menghadapi perkataan dan cacian dari pengemis Yahudi tersebut.
Setelah Rasulullah meninggal, tugas menyuapi pengemis yahudi itu diteruskan oleh Abu Bakar Assidiq. Ketika Abu Bakar datang, pengemis yahudi sedang berteriak teriak sambil mencaci Rasulullah. Dengan hati yang penuh amarah Abu Bakar tetap menyuapi pengemis yahudi itu. Pengemis yahudi itupun merasa bahwa yang menyuapinya saat ini bukanlah orang yang biasanya. Abu Bakar pun menjelaskan bahwa yang menyuapi biasanya telah meninggal dan orang itu ada Rasulullah SAW. Mendengar perkataan Abu Bakar pengemis itu langsung terkejut sambil terus menangis, ia tak mengira orang yang ia benci selama ini rela untuk menyuapinya setiap hari dengan penuh kelemah lembutan dan kasih sayang.
Dari kisah ini dapat kita ambil pelajaran bahwa kelemah lembutan merupakan senjata paling ampuh untuk menghancurkan kebencian. Bahkan hati seorang yahudi yang dipenuhi kebencian saja bisa luluh dengan kelemah lembutan yang diajarkan Nabi. Lantas mengapa kita sebagai sesama umat Rasulullah bukannya mengamalkan sifat tersebut, malah saling bermusuhan dan mengkafir kafirkan. Marilah kita jalani kehidupan ini dengan penuh kelemah lembutan dan kasih sayang seperti yang telah Rasulullah ajarkan kepada kita. Dengan itu kehidupan ini menjadi lebih indah dan bermakna.