Pentingnya Metode Scaffolding Dalam Pendampingan Belajar

OPINI
21 November 2024

Penulis: Lina Marlina, S.Pd.,M.Pd, Dr. Akhirudin, M.Pd  (Dosen Universitas Pamulang)

Pembelajaran adalah proses yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks ini, guru dan siswa memegang peran penting. Guru berfungsi sebagai fasilitator, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan kognitif dan non-kognitif siswa. Sebaliknya, siswa menjadi subjek aktif dalam proses pembelajaran, sebagaimana dinyatakan oleh Herdin Muhtarom dkk., bahwa pembelajaran adalah proses seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap optimis (Herdin Muhtarom, 2020, hlm. 30).

Proses pembelajaran, sebagaimana diungkapkan oleh Nurdin & Widiadi (2024), bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa, memperluas penguasaan keterampilan, menambah pengetahuan, dan membentuk sikap yang diharapkan pada peserta didik. Salah satu pendekatan inovatif untuk mendukung tujuan tersebut adalah scaffolding.

Scaffolding adalah strategi pembelajaran di mana guru memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas atau memahami materi. Bantuan ini dikurangi secara bertahap seiring dengan meningkatnya pemahaman siswa, sehingga mereka dapat menjadi lebih mandiri. Konsep ini berakar pada teori Zone of Proximal Development (ZPD) yang diperkenalkan oleh Lev Vygotsky. ZPD menggambarkan jarak antara kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas dengan bantuan orang lain dan kemampuan mereka untuk menyelesaikannya secara mandiri.

Dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila, scaffolding memiliki peran penting. Guru tidak hanya membantu siswa memahami konsep-konsep yang abstrak, tetapi juga mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini relevan karena Pancasila, sebagai dasar negara, memuat nilai-nilai yang perlu diinternalisasi oleh siswa untuk menjadi warga negara yang baik.

Metode scaffolding memberikan berbagai manfaat dalam proses pembelajaran. Pertama, pendekatan ini meningkatkan kemandirian siswa. Dengan bantuan yang secara bertahap dikurangi, siswa belajar untuk mengambil alih tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Kedua, scaffolding memperdalam pemahaman siswa terhadap konsep. Proses ini dilakukan melalui langkah-langkah yang terstruktur, sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan awal mereka dengan tingkat pemahaman yang lebih tinggi.

Selain itu, scaffolding memungkinkan guru untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan individu siswa. Setiap siswa memiliki tingkat perkembangan yang berbeda, dan metode ini mendukung perkembangan mereka berdasarkan ZPD masing-masing. Dalam konteks Pendidikan Pancasila, pendekatan ini memungkinkan guru untuk mengarahkan siswa memahami nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan toleransi dengan cara yang relevan.

Dengan demikian, scaffolding bukan hanya sebuah metode, tetapi juga pendekatan holistik yang memperkuat peran guru sebagai fasilitator. Dalam jangka panjang, strategi ini memupuk rasa percaya diri siswa, meningkatkan motivasi belajar, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang mereka perlukan untuk berkontribusi dalam masyarakat. Di era pendidikan yang terus berkembang, scaffolding menjadi salah satu pendekatan yang paling relevan untuk memastikan bahwa pembelajaran tidak hanya efektif, tetapi juga bermakna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Modul Ajar Berdiferensiasi: Kunci Peningkatan Kualitas Belajar Siswa

Rab Nov 27 , 2024
OPINI27 November 2024 Penulis: Lina Marlina, S.Pd.,M.Pd, Dr. Akhirudin, M.Pd  (Dosen Universitas Pamulang) Peningkatan kualitas hidup bagi setiap individu dapat dicapai melalui Pendidikan, sebab di dalamnya terjadi suatu proses pengalihan pengetahuan, keterampilan, disertai dengan nilai-nilai kepada generasi muda. Hal tersebut memungkinkan setiap orang memiliki kompetensi, kemampuan analitis yang baik, mandiri, […]

You May Like